Minggu, 10 Mei 2009

Menyibak Tabir Harapan dan Identitas Kepemimpinan

Ditengah hegemoni globalisasi yang kian akut, poros rasionalitas semakin mendominasi aspek kekuasaan. Demikian banyak sosok pemimpin yang bermunculan seiring menjelang rutinitas tradisi demokrasi. Bicara harapan adalah keniscayaan yang dinanti oleh banyak orang, termasuk kita sebagai warga negara.
Lain halnya dengan prosedur yang mapan dari sistem demokrasi, ada hal yang merisaukan bagi saya sebagai WNI, kehadiran politik merupakan sesuatu yang tak bisa dielakkan dalam kehidupan manusia. Seperti kita ketahui bersama, masih juga dipenuhi dengan hal-hal yang membuat kita mengelus dada, apalagi dewasa ini, bangsa ini sedang belajar untuk berdemokrasi.
Yang berkelindan di benak kita adalah kapan pemimpin yang adil, berkharisma itu muncul? Memang menarik berbicara tentang cakrawala kepemimpinan, seolah tak ada habisanya untuk di kaji dan pastinya selalu menarik kian berkembangnya dimensi zaman, fakta dan referensi .
Kemunculan dan kehadiran pemimpin berwatak kesatria yang dinanti-nanti memang tidak salah, kita bukan hanya menanti harapan tapi harus juga peduli bagaimana sosok pemimpin ideal-handal yang memiliki integritas, efektifitas, obyektifitas sehingga mampu menjadi pamomong yang menuntun, memandu dan membimbing mengarah pada motifasi keberhasilan bersama dapat segera hadir.

Pemimpin dan Organisasi
Kemunculan pemimpin bukan sekedarnya tapi memang mereka ada dan diadakan. Organisasi adalah salah satu kawah condrodimuko yang menjadi basis pencetak sosok pemimpin yang kesatria. Didalamnya diajarkan dan terletak kekuatan kerjasama, dimana perbedaan muncul bukan atas kepentingan individu atau kelompuk tapi atas satu visi bersama untuk mewujudkan kesadaran mencapai tujuan bersama (common purpose) dengan wujud hadirnya gotong royong.
Penopang selanjutnya adalah kesadaran visi kepemimpinan (unity of commond) untuk menjadi poros kebersamaan dalam hal diziplin organization. Yang terpenting adalah kreatifitas dan dinamisasi atas perbedaan muncul untuk diaktualisasikan dalam wadah kejamaahan.
Kita ibaratkan organisasi adalah sebuah kapal lengkap dengan awaknya yang masing-masing memiliki spesialisasi, tanggungjawab dan tugasnya. Maka seorang pemimpin adalah kapten kapal tersebut. Seorang kapten kapal tidak sekedar berfungsi mengkoordinir bagaimana setiap bagian bekerja, namun lebih dari itu dia bertugas menentukan arah dan tujuan dari kapal dan memastikan bahawa setiap fungsi melaksanakan tugasnya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Sama halnya kapal demikian juga organisasi sama-sama membutuhkan tujuan yang diistilahkan sebagai visi, disinilah pentingnya visi. Lalu siapa yang mengawal visi? Disinilah pentingnya pemimpin, dan pemimpin dengan sendirinya akan dibutuhkan dan dimunculkan.
Lalu dengan banyaknya organisasi, bagaimana kriteria pemimpin yang diidealkan dapat serta merta hadir? Kembali ke tujuan besarnya (visi) organisasi sebagai wadah yang memfasilitasi percepatan perubahan dan pembaharuan. Yang akan menjadi barometer kerangka idealitas adalah paradigma organisasi termasuk pedoman gerak struktur dan kultur yang diatur sebagai acuan organisasi. Selain itu ditopang juga oleh diri-kader organisasi sendiri bagaimana input-proses dan ini akan mempengaruhi outputnya.

Quantum Organizing
Percepatan bukan saja pada pembelajaran, tapi pada organisasi juga sangat dibutuhkan demikian halnya pemimpin dapat direkayasa dimunculkan untuk dipersiapkan untuk memimpin ummat pada zamannya kelak. Dalam perencanaanya menentukan arah kebijakan sebagai haluan organisasi yang termaktub dalam konstitusi organisasi sangatlah penting. Ini menjadi penentu yang sangat terkait untuk mewujudkan kader-kader tangguh. Demikian halnya dengan percepatan pembentukan pribadi-diri (pioner) yang holistik, sebagai realitas yang mencangkup bangunan ideologi ia mempunyai konsepsi yang diejawantahkan dalam mewujudkan cita-cita yang visioner.
Sejauh mana kader itu memaknai ruh perjuangan sebagai bahan bakar, ia mau dan mampu melewati cobaan dan rintangan maka loncatan pembaharuan diri akan membakar kekerdilan dan pesimisitas personal. Disinilah perubahan dengan istilah memahat diri menemukan identitas profesional dapat direkayasa.
Di organisasi diajarkan menghargai perbedaan, diajarkan kerjasama, diberikan tantangan dan tanggungjawab, tak ayal percepatan dapat terjadi pada diri kader organisasi menjadi lebih matang dan terukur. Kecerdasan dalam menangkap peluang, momentum dan mobilisasi massa itupun diajarkan sehingga fungsi mediasi dan strategi konflik sekaligus penanganannya terserap-terpatri dalam diri kader yang siap menghadapi berbagai macam situasi, disinilah dimulai kemunculan calon pemimpin yang mampu mensinergikan antara diri, organisasi, visi dan cita ideal.

Demokrasi, Politik harapan dan identitas visi pembaharuan
Demokrasi membutuhkan penghargaan atas perbedaan, suatu semangat semakin hari kian semakin hilang. Masyarakat kita mudah terjebak dalam absolutisme, fanatisme baik bersifat agama, kedaerahan, suku, ideologi dan kepentingan politik.
Minimnya pendidikan politik yang ada menjadikan minimnya pengetahuan atas harapan besar. Demokrasi yang difahami adalah doktrin prosedural, tanpa diiringi persiapan estafet kepemimpinan politik yang matang.
Demokrasi tidak hanya menyelenggarakan pemilu secara berkala tetapi juga didukung oleh penegakan HAM, Hukum yang berwibawa, kesadaran politik masyarakat secara luas dan adanya pergantian kekuasaan secara damai.
Politik harapan republik ini berdiri diatas harapan ”tiang”. Maka harapan adalah identitas kebangsaan. Ketika ruang penjelmaan atas kesadaran politik yang dasar. dari persemaian nilai kemanusiaan dengan kesadaran hakikat maka insaf dan kembali berjuang menjadi dasar penopang harapan besar.
Sekarang yang dibutuhkan adalah sosok pemimpin yang mau berbenah untuk menjadi teladan. Disinilah titik genting politik bangsa yang dapat kita raba-raba dari kacamata harapan.
Visi adalah mata yang akan dijadikan acuan untuk mencapai harapan besar. Karena itu visi haruslah menjadi kekuatan besar menuntun harapan untuk mengantisipasi responsibilitas politik. Kemasukakalan, efisiensi, keadilan dan kebebasan adalah empat prinsip utama atas kebijakan dan pilihan politik. Dengan empat prinsip itu politik yang responsif harus mempertimbangkan rasionalitas publik tanpa kesemena-menaan dalam pengambilan kebijakan.
Realitas perjuangan ketika kita melangkah untuk menjalani maka pastilah ada harapan dan rintangan, dinataranya pertama; kemarahan, ketakutan yang tak tertahankan sejauh masih ada harapan, semangat akan tetap menyala. Kedua, harapan adalah langkah dari jejak perjuangan untuk mencapai kenyataan, dan yang ketiga inilah yang menjadi titik poin, ketika harapan tanpa visi akan membawa kesesatan. dimanapun akan melangkah untuk meraih cita, ada harapan yang perlu arahan. Kesadaran inilah yang harus dimunculkan untuk mencapai titik kulminasi perubahan kebaikan identitas bangsa.
Diperlukan suportifitas di dalam semangat harapan, perjuangan kita belum selesai menjadi kader-kader yang dipersiapkan untuk menjadi pioner ultra-revolusioner ummat dan bangsa. Kita hadir dizaman yang berbeda bukan untuk lari dan menghindar dari terpaan angin dan badai kehidupan, walaupun sudah banyak yang berguguran dalam memperjuangkan idelitas demi perubahan dengan menciptakan pembaharuan.
Dalam diri kita terdapat banyak kelebihan namun sedikit dari kita yang menyadari kelebihan itu. Kapan lagi kita melakukan loncatan percepatan, “start” ada pada diri kita masing-masing. Jatuh bukan berarti diam dan berhenti tapi bangkit untuk bangun dengan yakin dan tekat maka kita akan melaju cepat menuju pembaharuan-perubahan.
Sadar dan tidak pemimpin kedepan adalah generasi kita, pembaharuan saat ini dalam tindakan kita yang menjadi tolok ukur generasi-generasi berikutnya. Saat ini adalah bagaimana kita cermat menangkap fenomena yang tersirat dalam sosialita kekinian. Keberadaan sejarah yang tersebar memberi isyarat sosok kepemimpinan. Dari masa nabi sebagai induk kepemimpinan universal yang harus menjadi referensi bersama, kita harus membongkar teks yang tersurat dan tersirat dari masa kemasa.
Tidak ada kebenaran mutlak dalam kehidupan sosial, yang ada hanyalah persepsi manusia yang sering kali dikultuskan dan menutup kemungkinan kebenaran-kebenaran lainya. Sebagai generasi muda penerus perjuangan kita harus meneladani dan mampu menjadi recources yang tepat guna sesuai zaman. Apakah kita dikehendaki atau kita yang menghendaki? Sebuah kondisi yang serba instan ini kita harusnya tergugah untuk sadar yang kali pertama dan lebih cekatan untuk membuat momentum, sehingga yang minoritas mampu menjadi poros trend setter dari mayoritas, yaitu ketangguhan untuk bergerak dan berjuang.
Hidup memang penuh tantangan, maka janganlah tantangan itu berlalu begitu saja tanpa bisa menyelesaikannya. Artinya, hidup itu memerlukan perjuangan dan perjuangan memerlukan pengorbanan. Dengan pengorbanan itulah akan menunjukan sebesar proses kita melakukan metamorfosa kehidupan. Perubahan bukan terjadi secara cepat saja, tapi juga perlu proses yang panjang. Dengan keistiqomahan, kesabaran dengan pendekatan pemahaman dan moderasi adalah kunci untuk melakukan pembaharuan. Siapkah kita menjadi pemimpin dari jamaah kita? Yakinkan diri untuk memulai start kepemimpinan alternatif yang ultra-revolusioner. Hidup untuk berjuang dan berjuang untuk sadar melakukan metamorfosa perubahan yang lebih baik.
di ambil dari www.thohir3.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar